Aku membuka mata dengan malasnya mengingat bahwa ini hari
senin, aku harus bangun segera dan melakukan aktifitas seperti biasanya
sekolah, duduk manis di meja baris kedua, mendengarkan guru mengajar dan
berbicara, ketika sudah bosan aku mulai menganggu teman-temanku. Terkadang
untuk anak seusiaku hal itu lebih menyenangkan dibandingan mendengarkan guru
berbicara di depan kelas.
Perkenalkan, aku namira yasmin. Mungkin kalian boleh
memanggilku dengan sebutan ‘yasmin’ atau ‘namira’ apapun itu. Umurku tahun ini
menginjak 17 tahun, aku duduk di kelas 2 sma di salah satu sekolah favorit di
kota ini. Yaa mungkin untuk sebagian orang ini sekolah menarik, mungkin
untukku, belum.
“YAAAASMIN BANGUUN! SUDAH JAM BERAPA INI KAMU MASIH AJA
SELIMUTAN!!” selalu mama membangunkan aku dengan berteriak teriak seperti di
hutan, tanpa kata-kata manis atau kecupan hangat di pagi hari. Tapi ya…itulah
mama, aku tau dibalik semua itu, mama sayang aku dan itulah cara mama
menyayangi aku. “iya ma, iyaa aku bangun” dengan malas aku mulai bergegas mandi
dan bersiap untuk sekolah.
*teeeeeet* suara yang paling ditunggu dari tadi pagi akhirnya
bunyi, suara bel pulang. Aku pun bergegas keluar kelas, dijalan aku bertemu
dengan via, teman sekelasku.
“yas, hari ini ikut kan?”
“kemana vi?emangnya ada acara apan?”
“hari ini kelas kita ada pertandingan futsal, kamu main kan?
Kita gak ada pemain nih”
“oh sama sekolah bina bakti? Ya ayok aja, di gor louis kan?”
“iya yas, datang yaaa”
“iya vi, nanti aku dateng deeh. Sampe ketemu disana yaa”
Akhirnyaaaaa, setelah futsal hari ini, aku terkapar dikamar.
Rasanya lelah sekali, dan aku akan tidur sangat nyenyak untuk malam ini.
Keesokan harinya, disekolah ketika bel istirahat via kembali
memanggilku “yasmiiiin”
“iya vi kenapaa? Apa hari ini ada futsal lagi sama sekolah
tentangga?hahaha”
“ih apaan sih yas, bukaaan. Ini nih ada yang nanyain kamu
kemarin sama aku”
“nanyain aku? Siapa? Memangnya aku kenapa?”
“gausah panik gitu kali yas, bukan bukan. Nih temen aku ada
yang nanyain, kemarin dia datang waktu kita futsal, dan pulangnya dia nanyain
kamu ke aku kayanya dia suka deh sama kamu”
“oiya? Siapa memang?”
“namanya Reno, dia anak harapan bangsa. Dia seangkatan kita
juga kok”
“ooooh……………..”
Perbicangan kami terus berlanjut hingga bel berbunyi kembali,
setelah hari itu via giat mencomblangkan kami berdua, antara reno dan aku.
sifat reno yang santai dan aku yang interaktif mulai membuat kita nyaman satu sama
lain.
Pertemuan pertama, pertemuan kedua, hingga pertemuan ketiga,
reno mengajak aku bertemu, reno menjemput dan kita berhenti disebuah café yang
belum pernah aku kunjungi.
“kita makan disini aja ya?”
“iya ren, terserah kamu aja”
Dari a sampai z, dari sabang sampe merauke kita berbicara
segala hal, kita menghabiskan banyak makanan sampai tidak sadar keadaan sudah
semakin gelap.
“ren, pulang yuk, udah mau malem nih” ucapku kepada reno yang
masih tetap asik dengan mochacino hangatnya karena cuaca saat itu adalah
gerimis.
“iya yuk yas, bentar ya aku ke kasir dulu”
Akhirnya diperjalan pulang dengan gerimis yang semakin membuat
suasana menjadi romantis, reno menyatakan sesuatu.
“yas…………..”
“iya ren?”
“kamu mau jadi pacar aku gak?
“kamu serius?”
“iya yas…..”
“iya ren, aku mau jadi pacar kamu”
Hari ke hari, aku mulai merasakan yang namanya jatuh cinta.
Jatuh cinta pada reno, senyumnya, matanya, hidungnya, semuanya tentang reno
membuat aku lupa bahwa tidak ada yang abadi, tidak ada yang selamanya di dunia
ini, termasuk ‘cinta’.
“happy anyversarry berbulan bulan ya namira”
Pagi ini, sms yang aku terima membuat aku tidak bisa berhenti
senyum senyum sendiri, reno benar benar melengkapi aku, hari ini sudah berbulan
bulan kita saling mengenal. Aku mau terus seperti ini dengan reno. Menghabiskan
waktu dengannya, berdua, tanpa masalalu kita berdua.
“nanti sebelum kamu pergi, kamu kerumah dulu ya ren, aku
punya sesuatu buat kamu” ucapku di telfon pada reno.
“kamu punya sesuatu apaa untuk aku?asiiik. iya yas, nanti aku
kerumah kamu ya”
Sudah 2 minggu lebih aku dan reno tidak bertemu setelah
pertemuan sebelum masa liburan, reno liburan di tempat ayahnya, begitu pula aku
yang harus ikut mama kerumah nenek. Kita hanya berinteraksi melalui telefon,
hingga ketika akhir-akhir ini reno mulai susah dihubungi, nomernya yang selalu
tidak aktif atau sms aku yang mulai jarang reno balas.
“ren, kamu dimanasih?? Kok susah banget aku hubungin, kalo
kamu baca sms ini kabarin aku ya…besok kita kan sama sama pulang, lusanya jadi
ketemu kan? Aku kangen kamu ren…”
Sms aku tidak juga dapat balasan, hingga sore aku kembali
coba menghubungi reno.
“reno, aku dijalan pulang, kamu dimana? Dimanapun kamu, hati
hati ya”
*teng tong teng* akhirnya sms aku reno balas, setelah berhari
hari..
“yas, maafin aku ya selama ini menghindar dari kamu, kayanya
kita udah gak cocok selama ini, kita udahan aja ya?”
Apa? Tidak cocok sebelah mana? Kenapa reno menghindar? Kenapa
reno menghilang? Apa yang membuat reno berubah? Apa? Pertanyaan itu terus
bergentayangan di kepalaku, belum mau aku membalas, aku sudah menangis.
“ada apa ren? Kamu ada masalah apa?”
“engga yas, ya aku ngerasa udah gak cocok sama kamu”
“tapi aku gamau putus ren, gamau putus dengan alasan yang
engga jelas”
Aku mengelak, aku berusaha mempertahankan hubungan aku dengan
reno, aku tidak mau begitu saja melepaskan apa yang sudah aku genggam.
Reno menyerah, setelah perdebatan malam itu via sms. Aku
berhasil, berhasil membuat reno yakin bahwa semuanya akan baik baik saja hingga
aku tau apa yang menyebabkan reno berubah.
Reno memang pintar, aku tau itu.
Bahkan reno tidak kehabisan akal, semakin banyak cara reno
lakukan untuk memisahkan kita, semakin banyak luka dan airmata yang tercipta
karenanya.
Sampai pada waktunya, aku mengetahui sesuatu. Reno jahat, reno
kembali dekat denga masa lalunya, mereka saling berkomunikasi ketika aku dan
reno berjauhan. wanita itu telah
mengalihkan perhatian reno…..
Ini alasan mengapa reno berubah, mengapa reno menghindar,
reno mungkin bosan, atau reno mulai merasa dipermainkan dengan perasaannya
sendiri.
Setelah kata ‘berpisah’ yang reno ucapkan siang itu, aku tak
mau lagi kenal reno, bahkan reno menciptakan luka yang mendalam, membuat aku
mulai menutup hati pada siapapun yang aku anggap mereka itu sama, mereka itu
tidak pernah bisa menghargai perempuan, mereka itu egois.
***
Hari ini kenaikan kelas, akhirnya aku kelas 3. Tidak terasa,
aku sudah cukup banyak menghabiskan waktu dengan menangis, dengan membuat hidup
singkat ini menjadi panjang dengan kesedihan. Aku salah.
Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan membuat satu
tahun terakhir di bangku sekolah ini menjadi mengesankan, membayar semua luka
dan airmata di tahun sebelumnya.
Kelasku tidak berubah,teman teman sekelasku masih tetap sama
seperti kelas 2 dulu mungkin tahun ini
aku berjanji untuk tidak mengabaikan mereka begitu saja seperti tahun yang
lalu.
“cie yas, kenapa nih cengar cengir sendiri aja kaya yang lagi
kesenengan, cerita dooong” tiba tiba audy yang biasa disapa dengan odey datang
membuyarkan lamunanku.
“apaan sih dey? Emangnya kaya yang kesenengan ya? Hahaha”
“iyalah gausah pura pura deh, aku kenal kamu gak cuma satu
hari kemarin ya”
“engga, hari ini aku seneng aja udah kelas 3, itu artinya
semakin cepet aku ninggalin sekolah ini, kota ini dan semua kenangan yang
pernah ada hehehe”
“wah, gara gara reno ya, dia bikin kamu gak betah di kota ini,
sampe sampe pengennya cepet pergi dari kota ini”
“nah itu kamu tauuu, aku pengen banget ketemu sama temen
temen aku yang baru, lingkungan baru akhirnya lupa deh sama yang lama hihi”
“ah dasar kamu yas ada ada aja…”
Hari demi hari semuanya berjalan dengan lancar, aku pelajar
kelas 12 mulai serius untuk menata kehidupanku selanjutnya setelah ini,
membayangkan menjadi junior lagi di masa
perkuliahan nanti, membayangkan mempunyai banyak teman yang lebih asik daripada
ini, membayangkan bisa hidup lebih bahagia disana, tanpa reno.
Semuanya berlajalan begitu cepat, sudah mulai ulangan tengah
semester. Sudah 3 bulan aku menjadi siswa kelas 12 dan aku mulai merasa ada
yang aneh dengan diriku. Aku merasa aku mulai sangat nyaman dengan teman teman
sekelasku yang sudah begitu lama aku abaikan keberadaannya, aku mulai merasa
tidak ingin cepat meninggalkan sekolah ini, sekolah yang menyebalkan awalnya
berubah menjadi sekolah yang menyenangkan, dan aku mulai merasa aneh dengan
sahabat sahabat dekatku yang mulai sering menggoda aku dengan nama “tito”.
“yas besok kita main kerumahnya ines, kamu mau ikut apa
engga?”
“rumah ines? Ngapain ah, kan jauh”
“ya kita main lah, udah kelas 3 loh masa gak ada deket
deketnya sama sekali sih sama temen sekelas”
“oh gitu, ya aku ikut aja sih. Tapi sama siapa? Palingan yang
ikut udah pada punya tebengan sendiri, nanti kalau aku pake angkot aku sendiri
dong”
“ya engga mungkin lah kita tega biarin kamu naik angkot
sendiri, pokonya ditunggu besok jam 8 disekolah ya”
Setelah memaksa aku untuk ikut besok, odey pulang, aku mulai
merasa bingung sendiri, mengapa odey dan anak anak yang lain mulai bersikap
aneh. Apa yang mereka rencanakan? Aku tidak tau.
Keesokan harinya semua telah menunggu disekolah, seperti
biasa Indonesia adalah Negara jam karet, aku terlambat, membuat mereka menunggu
disekolah. Sampai aku tersadar ternyata hanya motor tito lah yang kosong, dalam
hati aku bertanya “haruskah aku kerumah ines dengan tito?”
Akhirnya karena aku sudah membuat mereka menunggu aku pun
mengikuti mereka untuk pergi kerumah ines bersama tito, sepanjang perjalanan
tidak ada kata kata yang keluar, aku dan tito sama sekali tidak mengobrol, kami
merasa canggung, kami mulai merasa ada yang aneh.
Trip hari itu mengubah segalanya, mengubah sikap anak anak
terhadap aku dan tito begitupun kami berdua. Aku mulai tersadar, apa yang kami
lewatkan? Apa yang kami fikirkan? Ternyata, anak anak kelas sedang mencoba mendekatkan
kami berdua, kami sedang di comblangkan.
Berawal dari isengnya aku bersama anak anak perempuan yang
lain membicarakan anak lelaki di kelas kami, sampai mungkin mereka menyimpulkan
bahwa aku suka tito, mereka dengan baiknya mencomblangkan aku dengan tito,
bermaksud membuat aku untuk mudah melupakan reno.
padahal aku rasa itu
tidak akan pernah terjadi, lebihnya hubungan aku dengan tito, melihat terlebih
tito adalah teman satu eskul ku dari kelas 1, aku tau tito, kalau aku punya
perasaan lebih mungkin sudah aku dekati dia dari kelas 1.
Yang aku tau, tito itu sedang dekat dengan adik kelas, bahkan
tito adalah teman reno. Mereka saling mengenal satu sama lain. Lalu mengapa
teman teman terus berusaha membuat kami bersatu?
“iya nanti aku kerumah tasya, sekalian anter kamu pulang ya
yas”
“oke titoooo…….”
Malam itu, aku dan anak anak yang lain sedang dirumahnya
tasya, membantu teman sekelas kami, mahar untuk menyusun rencana penembakan
cintanya kepada moli besok hari.
Tito datang, apa yang aku lihat dan apa yang aku rasakan? Aku
melihat tito beda malam itu, tito terlihat lebih ganteng, aku senang tito
datang, aku senang tito mau menjemput dan mengantarkan aku pulang.
“yas, kayanya ban motor aku kempes deh, coba turun bentar”
“ini kayanya bukan kempes to, ini bocor. Kita ga akan bisa
ngelanjutin perjalan pulang kalau motor kamu kaya begini”
“yah gimana dong? Yaudah bantu dorong sampe nemu tukang
tambal ya yas hehe”
Ini sama sekali diluar dugaan, hari sudah semakin malam, ban
motor tito tiba tiba ngadat, kita terus mendorong motor sejauh mungkin meski
tidak membuahkan hasil. Berkali kali tito mengajak aku beristirahat karena
lelah mendorong motor dengan ban yang sudah kempes total. Cuaca malam itu
cerah, dengan bulan yang utu seakan menemani kita mencari tukang tambal ban,
hingga akhirnya teman tito datang dan aku bisa pulang dengan aman.
Sampai dirumah, aku mulai sibuk sms odey untuk ceritakan
kejadian tadi.
“bahaya………….”
“ada apasih yas? Apaan yang bahaya”
“bahaya dey, bahayaaaa!”
“iya apanya yang bahaya? Tadi kamu pulang sama tito kan?
Sampai rumah dengan selamat kan? Lalu?”
“bahaya dey, aku mulai merasa nyaman dekat dengan tito, aku
mulai merasakan lagi perasaan yang selama ini sudah aku kubur karna reno,
aku…aku suka tito”
“hahahaha tuh kan…sudah aku duga, akhirnya kita berhasil
membuat kamu kembali jatuh cinta, mulai mau melupakan reno”
“entahlah dey, bukan cuma seneng tapi aku mulai kebingungan. Bagaimana dengan
perasaan reno terhadapku? Bagaimana dengan mantan kekasihnya? Bukankah dia
masih mencintai tito?”
“jangan perdulikan orang lain yas, sekarang pikirkan,
bagaimana caranya kamu membuat dirimu bahagia, setelah itu baru kamu pikirkan
oranglain, cinta itu memang egois”
“ah odey, aku…….yasudah terimakasih ya sarannya”
“anytime yas”
Malam itu aku tidur dengaaaan pulasnya, hingga malam terasa
begitu cepat berganti dengan pagi. Dikelas orang orang sibuk dengan acara
penembakan mahar kepada moli, sedangkan aku sibuk sendiri memikirkan kejadian
tadi malam, sambil sesekali ku curi pandanganku ke arah tito.
“sudah waktunya kah aku memulai semuanya kembali? Semuanya
yang sudah aku kubur dalam dalam, rasa sakit ini, sudah waktunya kah
terbayarkan semuanya dengan satu senyuman tito? Ah aku tidak tau….”
Aku ragu pada tito, aku ragu dengan perasaan tito kepadaku,
secepat itukah dia melupakan teman dekatnya karna aku? Atau tito hanya main
main denganku? Aku mulai takut, takut kalau apa yang aku rasakan itu hanyalah
perasaan satu sisi. Aku takut tito tidak bisa membalas apa yang aku rasakan,
apakah ini artinya aku harus jatuh untuk kedua kalinya?
“yasmin….kamu mau gak jadi pacar aku?”
“kamu, kamu gak lagi ngebecandain aku kan tito?”
“jelas enggak yas, aku mau kita pacaran”
Malam itu terjawab sudah. Terjawab bahwa tito berani
mengambil piilihan meninggalkan adik kelas yang sudah lama dekat dengannya itu
untuk aku, tito bahkan meyakinkan aku kalau semuanya baik baik saja, hubungan
pertemanan aku dengan mantannya, ataupun hubungan dia dengan reno.
Aku sudah dapat membaca kepribadian tito, dia memang cuek,
tapi apa yang terjadi? Ini lebih dari yang aku bayangkan, tito benar benar
bukan tipe cowok yang ramah. Bahkan dia hampir tidak bisa membedakan, mana teman
lelaki dan mana pacarnya.
Aku sudah hampir menyerah dengan jangka waktu yang singkat,
tito yang kasar, sama sekali tidak bisa menyeimbangiku…….dia berbeda jauh,
dengan reno.
Semalaman tadi aku menangis, aku merasakan sakit itu lagi,
sakit yang reno berikan kepadaku berbulan bulan lamanya itu, bodoh. Mengapa aku
bisa mudah mencintai kamu ren, padahal kamu tidak, mengapa bersama tito membuat
aku semakin mengingat kamu, kenapa…
Hari ini tidak ada perbincangan antara aku dan tito, meski
itu memang setiap hari tapi hari ini beda, dengan mata yang sembab aku tidak
ingin banyak bicara kepada tito, aku ingin membiarkan diriku tenang sendiri,
meyakinkan tentang perasaan apa yang aku miliki untuk tito apabila hanya reno
yang aku mau.
Malamnya tito sempat mengirimkan beberapa pesan singkat
“yas, kamu kenapa? apa aku punya salah sama kamu? Kasih aku
kesempatan buat berubah yas, aku minta maaf”
Malam itu, aku sempat malas membalas sms tito, tapi aku tetap
ingin tau perasaan apa yang aku miliki untuk tito, aku utarakan semuanya, sikap
tito terhadapku selama ini, tito mengerti, dan dia berjanji untuk berubah.
Tito berubah, tito mengerti apa yang aku bicarakan semalam,
tito menepati janjinya. Dia tidak sekasar tito yang pertama aku kenal, tidak se
cuek yang aku kenal pertama. Aku mulai dapat membaca perasaan aku sendiri, aku
tau sekarang, sikap tito yang membuat aku jatuh cinta kepadanya sekarang. Bukan
tito yang kemarin.
Aku bahagia bersama tito, aku dapat melupakan reno dengan
tito. Sampai satu pesan singkat masuk ke handphone ku.
“yas, apa kabar? Udah lama ya kita gak smsan? Eh selamat ya,
udah jadian sama tito, semoga kalian langgeng ya”
Pesan yang tidak diharapkan, itu dari reno.
Reno datang lagi, dengan mudahnya dia memberi ucapan selamat
padahal aku dengan susah payahnya mengucapkan kata yang sama kepada dia ketika
berhasil kembali dengan perempuan itu.
Aku cinta tito.
Aku belum cinta tito.
Tito cinta aku.
Aku belum cinta tito.
Reno melupakan aku.
Aku tetap cinta reno.
Mungkin aku salah, aku membalas sms reno malam itu, sampai
reno yang sedang jenuh dengan kekasihnya
selalu memberi aku pesan singkat setiap malamnya, aku balas, lalu perasaan itu
ada lagi.